Mengenal Cerita Rakyat Si Pitung, Kelas 4, Tema 8, Subtema 1, Pembelajaran 6

Lani merupakan keturunan Tionghoa. Lani dan keluarganya tinggal di Jakarta. Sebagai ibukota negara, tentu lingkungan tempat tinggal Lani padat penduduknya. Sebagian besar warga yang tinggal di Jakarta berasal dari berbagai pulau di Indonesia. Mereka bekerja dan menetap di Jakarta. Selain penduduknya yang padat, di lingkungan tempat tinggal Lani juga terdapat gedung-gedung bertingkat. Gedung-gedung itu merupakan pusat pemerintahan dan pusat kegiatan penduduk, baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial, maupun budaya.

Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah ibu kota negara dan kota terbesar di Indonesia. Jakarta merupakan satu-satunya kota di Indonesia yang memiliki status setingkat provinsi. Jakarta terletak di pesisir bagian barat laut Pulau Jawa. Dahulu pernah dikenal dengan beberapa nama di antaranya Sunda Kelapa, Jayakarta, dan Batavia. Pada tanggal 22 Juni mendatang warga Jakarta akan memperingati hari ulang tahun Jakarta. Sekolah Lani akan mengadakan perayaan dalam rangka ulang tahun tersebut. Lani dan teman-teman akan bermain peran dengan mengambil cerita rakyat ” Si Pitung.” Siapakah Si Pitung itu? Si Pitung adalah seorang pendekar berasal dari Betawi. Si Pitung hidup pada masa pemerintahan Belanda. Bagaimana cerita Si Pitung?

Bacalah cerita berikut dengan nyaring.

Si Pitung
Suatu sore Si Pitung melihat kelakuan anak buah Babah Liem yang sewenang-wenang. Babah Liem adalah tuan tanah di daerah tempat tinggal Si Pitung. Dia dan anak buahnya sering merampas harta rakyat dan menarik pajak tinggi. Sebagian hasil rampasan itu diberikan kepada pemerintah Belanda.

Si Pitung bertekad untuk melawan anak buah Babah Liem. Kemudian, dia berguru kepada Haji Naipin, seorang ulama yang juga pandai ilmu bela diri. Si Pitung cepat menguasai semua ilmu yang diajarkan oleh Haji Naipin.
”Pitung, gunakan ilmu yang kuberikan untuk membela orangorang yang tertindas. Jangan sekali-kali kau gunakan ilmumu ini untuk menindas orang lain,” pesan Haji Naipin.
Sekarang Si Pitung sudah siap melawan anak buah Babah Liem. Dia menghentikan ulah anak buah Babah Liem yang sedang merampas harta rakyat jelata.

”Heh, Anak Muda! Siapa kau? Beraninya menghentikan kami!” tanya salah satu anak buah Babah Liem.
”Kalian tak perlu tahu siapa aku. Yang jelas, aku akan menghentikan ulah kalian selamanya,” jawab Si Pitung.
Anak buah Babah Liem menyerang Si Pitung. Namun, Si Pitung bisa mengalahkan mereka semua. Sejak saat itu, nama Si Pitung terkenal di kalangan penduduk.

Si Pitung memutuskan untuk mengabdikan hidupnya pada rakyat jelata. Dia bertekad untuk mengambil kembali hak yang sudah dicuri oleh tuan tanah dan mengembalikannya kepada rakyat. Dia mengajak beberapa temannya untuk bergabung dengannya.

Kelakuan Si Pitung tidak disukai oleh tuan tanah dan juga pemerintah Belanda. Mereka mengeluarkan perintah untuk menangkap Si Pitung. Namun, Si Pitung amat cerdik. Dia selalu berpindah tempat sehingga pemerintah Belanda dan juga tuan tanah tidak bisa menangkapnya. Karena kesal, pemerintah Belanda menggunakan cara licik. Mereka menangkap Pak Piun, ayah Si Pitung dan Haji Naipin.

Salah satu pejabat pemerintah Belanda yang bernama Schout Heyne mengumumkan bahwa jika Si Pitung tak menyerah, Pak Piun dan Haji Naipin akan dihukum.
Si Pitung mendengar berita tentang penangkapan ayah dan gurunya itu. Kemudian, dia menghadap Schout Heyne dan menyerahkan diri. Dia tak mau ayah dan gurunya menderita.
”Pitung, kau telah meresahkan banyak orang dengan kelakuanmu itu. Untuk itu, kau harus dihukum tembak,” kata Schout Heyne.
”Kau tidak keliru? Bukannya kau dan tuan tanah itu yang meresahkan orang banyak? Aku tidak takut dengan ancamanmu!” jawab Si Pitung. Schout Heyne benar-benar melaksanakan ancamannya. Si Pitung dihukum tembak. Hidup Si Pitung berakhir di ujung peluru. Namun, kisah kepahlawanannya tetap dikenang. Si Pitung, si pahlawan rakyat jelata.

Sumber: Dian K, 100 Cerita Rakyat Nusantara, Jakarta: Bhuana Ilmu Populer, 2014.

Ayo Berlatih
Identifikasilah cerita Si Pitung dengan menjawab soal-soal berikut.

1. Apa jenis cerita fiksi teks berjudul "Si Pitung" ? Berikan alasanmu.
Jawab;
Cerita Si Pitung merupakan jenis cerita rakyat, yaitu saga. Cerita tersebut mengandung unsur sejarah dan kepahlawanan. Dalam cerita, tokoh Si Pitung dianggap sebagai sosok pahlawan karena melawan Babah Liem dan pemerintah Belanda untuk membela rakyat jelata.

2. Sebutkan nama tokoh-tokoh dalam cerita tersebut!
Jawab;
Tokoh-tokoh dalam cerita Si Pitung yaitu Si Pitung, Haji Naipin, Babah Liem, anak buah Babah Liem, Pak Piun, dan Schout Heyne.

3. Sebutkan tokoh utama dan tokoh tambahan pada cerita tersebut. Jelaskan.
Jawab;
Tokoh utama dalam cerita Si Pitung adalah Si Pitung. Alasannya, tokoh Si Pitung mendominasi keseluruhan cerita. Tokoh tambahannya yaitu Haji Naipin, anak buah Babah Liem, Schout Heyne, Babah Liem, dan Pak Piun. Alasannya, tokoh-tokoh tersebut hanya muncul pada saat adegan-adegan tertentu.

4. Sebutkan tokoh protagonis dan tokoh antagonis pada cerita tersebut. Jelaskan.
Jawab;
Tokoh protagonis dalam cerita Si Pitung yaitu Si Pitung dan Haji Naipin. Alasannya, mereka memiliki sifat baik, yaitu mereka membela orang-orang tertindas. Tokoh antagonisnya yaitu Babah Liem, anak buah Babah Liem, dan Schout Heyne. Alasannya, mereka menindas rakyat jelata.
Protagonis merupakan sebuah kata yang berasal dari bahasa Yunani protagonistes yang berarti tokoh utama dalam buku, film, permainan video, maupun teater. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian protagonis dapat dipahami berdasarkan dua bidang, bidang pertama adalah sastra dan bidang kedua adalah kedokteran. Berdasarkan bidang sastra, protagonis adalah tokoh utama dalam cerita rekaan. Selain itu, protagonis juga dapat didefinisikan sebagai penganjur suatu paham. Sementara itu, dalam bidang kedokteran, protagonis dapat dipahami sebagai otot yang dapat mengerut sehingga menyebabkan suatu gerak.

Protagonis seringkali digambarkan sebagai tokoh yang melawan antagonis. Antagonis sendiri dapat didefinisikan sebagai tokoh yang suka menentang. Tokoh utama dalam sebuah cerita biasanya digambarkan sebagai tokoh protagonis. Meskipun begitu, tidak semua tokoh protagonis adalah tokoh utama. Ada pula tokoh pelengkap dalam sebuah cerita yang memiliki karakter protagonis.

Tokoh protagonis biasanya berperan sebagai tokoh yang membawa misi kebaikan. Tokoh protagonis seringkali mengalami masalah yang sulit sehingga pembaca atau penonton merasa iba kepada tokoh protagonis ini. Perbedaan antara protagonis dan antagonis dapat dikenali dengan mudah melalui peran yang diperlihatkan oleh tokoh protagonis dan antagonis tersebut.  Tokoh protagonis merupakan tokoh yang selalu dalam keadaan penuh cobaan, menghadapi masalah besar, sabar, dan memperlihatkan sikap-sikap positif. Sifat-sifat tokoh protagonis tersebut berlawanan dengan tokoh antagonis yang digambarkan sebagai tokoh yang memiliki sifat sombong, curang, membuat masalah, dan senang melakukan aksi balas dendam.

Tokoh protagonis dan antagonis memiliki sikap yang bertentangan. Meskipun begitu, keberadaan tokoh antagonis dan protagonis diperlukan untuk mendukung terjalinnya sebuah cerita yang menarik. Sebuah cerita akan menjadi datar dan monoton jika tidak terdapat konflik antara tokoh antagonis dan protagonis. 

Selain bermain peran, Lani dan teman-teman juga akan menyanyikan lagu ”Kicir-Kicir”. Lagu tersebut merupakan salah satu lagu daerah berasal dari Jakarta. Lagu kicir-kicir sering dinyanyikan pada acara ulang tahun Jakarta. Biasanya, lagu tersebut dinyanyikan dengan diiringi alat musik tanjidor.

Ayo Berlatih?
1. Bagaimana tempo lagu ”Kicir-Kicir”?
Jawab;
Lagu ”Kicir-Kicir” dinyanyikan dengan tempo sedang.

2. Amatilah notasi angka lagu ”Kicir-Kicir”. Sebutkan suku kata atau kata yang dinyanyikan dengan nada tinggi. Salinlah notasi 2 baris kalimat, lalu buatlah garis melodinya tanpa melihat notasi balok.
Jawab;
Dalam notasi angka lagu ”Kicir-Kicir” tidak terdapat nada tinggi karena tidak ada not angka yang ditulis dengan titik di atas angka.

3. Amatilah notasi angka lagu ”Kicir-Kicir”. Sebutkan suku kata atau kata yang dinyanyikan dengan nada sedang. Tulislah alasanmu.
Jawab;
Kicir-Kicir
Do=C, 4/4 ;Jakarta
Sedang
Kicir-kicir ini lagunya.
Lagu lama ya tuan dari Jakarta.
Saya menyanyi ya tuan memang sengaja.
Untuk menghibur menghibur hati nan duka.

Suku kata atau kata yang tidak dicetak tebal dinyanyikan dengan nada sedang. Not-not angka pada suku kata atau kata tersebut tidak bertitik. Jadi, suku kata atau kata itu dinyanyikan sedang.

4. Amatilah notasi angka lagu ”Kicir-Kicir”. Sebutkan suku kata atau kata yang dinyanyikan dengan nada rendah. Tulislah alasanmu.
Jawab;
Suku kata atau kata yang dicetak tebal dinyanyikan dengan nada rendah. Not-not angka pada suku kata atau kata tersebut bertitik di bawah not. Jadi, suku kata atau kata itu dinyanyikan rendah.
LihatTutupKomentar