Jepang merupakan salah satu negara yang pernah menjajah Indonesia. Awal mula tujuan Jepang menguasai Indonesia ialah untuk kepentingan ekonomi dan politik. Jepang sangat menginginkan bahan baku industri yang tersedia banyak di Indonesia, sekaligus sebagai daerah pemasaran industri yang strategis bagi Jepang untuk menghadapi persaingan dengan tentara Sekutu. Selain itu Jepang harus menggalang kekuatan pasukannya, dan mencari dukungan dari bangsa-bangsa Asia. Pada tanggal 11 Januari 1942, pasukan Jepang mendarat pertama kali tepatnya di kota Tarakan, Kalimantan Timur.
Terdapat tiga tempat penting pendaratan Jepang ketika masuk ke Indonesia, yakni Tarakan (Kalimantan), Palembang (Sumatra), dan Jakarta (Jawa). Tempat-tempat tersebut merupakan tempat yang sangat strategis untuk menguasai Indonesia. Ketiga lokasi tersebut merupakan pusat perkembangan politik dan ekonomi pada masa kependudukan Belanda.
Jepang berhasil menguasai Palembang pada tanggal 16 Februari. Selanjutnya Pulau Jawa yang merupakan pusat pemerintahan Belanda. Batavia, dikuasai oleh Jepang pada tangga l 5 Maret 1942. Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang pada tanggal 8 Maret 1942 di Kalijati, Subang-Jawa Barat. Surat perjanjian serah terima antara Jepang dan Belanda ditandatangani oleh Letnan Jenderal Ter Poorten kepada Letnan Jenderal Imamura. Sejak saat itu seluruh Indonesia dalam kekuasan Jepang.
Kebijakan Pemerintah Militer Jepang
Setelah berhasil menguasai indonesia pemerintahan militer Jepang berusaha menarik simpati rakyat dengan propaganda dengan semboyan “Tiga A” (Jepang Pemimpin Asia, Jepang Pelindung Asia, Jepang Cahaya Asia). Jepang menjanjikan kemudahan bagi bangsa Indonesia dalam melakukan ibadah, mengibarkan bendera merah putih yang berdampingan dengan bendera Jepang, menggunakan bahasa Indonesia, dan menyanyikan lagu kebangsaan “Indonesia Raya” bersama lagu kebangsaan Jepang “Kimigayo”.
Kemudahan-kemudahan yang ditawarkan oleh Jepang hanyalah janji manis saja. Jepang justru lebih kejam dalam menjajah bangsa Indonesia. Jepang melakukan beberapa kebijakan terhadap negara jajahan Indonesia. Program yang paling mendesak bagi Jepang adalah mengerahkan seluruh sumber daya yang ada di Indonesia untuk tujuan perang. Beberapa kebijakan tersebut antara lain:
Organisasi sosial bentukan Jepanga diantarana Gerakan Tiga A Dipimpin oleh Mr. Syamsuddin yang bertujuan untuk meraih simpati penduduk dan tokoh masyarakat sekitar. Karena kurang berhasil, sehingga Jepang membentuk organisasi yang lebih menarik.
Pengganti Gerakan Tiga A, Jepang mendirikan gerakan Pusat Tenaga Rakyat (Putera) pada tanggal 1 Maret 1943. Gerakan Putera dipimpin oleh tokoh-tokoh Sukarno, Mohammad Hatta, K.H. Mas Mansyur, dan Ki Hajar Dewantara. Karena kurang puas dengan gerakan putera, Jepang membubarkan gerakan tersebut.
Pada tahun 1944 dibentuk Jawa Hokokai (Gerakan Kebaktian Jawa). Tujuan pokoknya adalah menggalang dukungan untuk rela berkorban demi pemerintah Jepang.
Pada tahun 1943 Jepang membubarkan Majelis Islam A’la Indonesia, dan menggantikannya dengan Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia). Masyumi dipimpin oleh K.H. Hasyim Ashari dan K.H. Mas Mansyur.
2. Pembentukan Organisasi Semi Militer
Jepang menyadari pentingnya mengerahkan rakyat Indonesia untuk membantu perang menghadapi Sekutu. Jepang membentuk berbagai organisasi semi militer seperti Seinendan, Fujinkai, Keibodan, Heiho dan Pembela Tanah Air (Peta). Organisasi Barisan Pemuda (Seinendan), dibentuk 9 Maret 1943. Tujuannya adalah memberi bekal bela negara agar siap mempertahankan tanah airnya. Maksud Jepang adalah untuk membantu menghadapi tentara Sekutu.
Fujinkai merupakan himpunan kaum wanita di atas 15 tahun untuk latihan semi militer Keibodan merupakan barisan pembantu polisi, untuk laki-laki berumur 20-25 tahun. Heihodidirikan tahun 1943, merupakan organisasi prajurit pembantu tentara Jepang. Jepang sudah mengalami kekalahan di beberapa front pertempuran. Peta didirikan 3 Oktober 1943, merupakan pasukan bersenjata yang memperoleh pendidikan militer secara khusus dari Jepang.
3. Pengerahan Romusha
Jepang melakukan rekrutmen anggota Romusha yang bertujuan untuk mencari bantuan tenaga yang lebih besar untuk membantu perang dan melancarkan aktivitas Jepang. Anggota-anggota Romusha dikerahkan oleh Jepang untuk membangun jalan, kubu pertahanan, rel kereta api, jembatan, dan sebagainya. Jumlah Romusha paling besar berasal dari Jawa, yang dikirim ke luar Jawa, bahkan sampai di Malaya, Burma, dan Siam.
Sumber:Arsip Nasional |
4. Eksploitasi Kekayaan Alam
Jepang tidak hanya menguras tenaga rakyat Indonesia. Semua usaha yang dilakukan di Indonesia harus menunjang semua keperluan perang Jepang. Jepang mengambil alih seluruh aset ekonomi Belanda, dan mengawasi secara langsung seluruh usahanya. Usaha perkebunan dan industri harus mendukung keperluan perang, seperti tanaman jarak untuk minyak pelumas. Rakyat wajib menyerahkan bahan pangan besar-besaran kepada Jepang.
Jepang memanfaatkan Jawa Hokokai, dan intansi-instansi pemerintah lainnya. Pada masa panen, rakyat wajib melakukan setor padi, sehingga mereka hanya membawa pulang padi sekitar 20% dari panen. Kondisi ini yang membawa musibah kelaparan, dan penyakit busung lapar di Indonesia.
Sikap manis Jepang hanya sebentar, tanggal 20 Maret 1942 dikeluarkan maklumat pemerintah yang isinya berupa larangan pembicaraan tentang pengibaran bendera merah putih dan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Hal ini tentu membuat kecewa bangsa Indonesia.
Kemunduran dalam bidang ekonomiStrategi Kaum Pergerakan Kemerdekaan
Beberapa sikap perjuangan bangsa Indonesia telah dilakukan untuk menanggapi kebijakan Jepang tersebut. Propaganda Jepang sama sekali tidak mempengaruhi para tokoh perjuangan untuk percaya begitu saja. Bagaimanapun para tokoh pergerakan sadar bahwa Jepang adalah penjajah. Bahkan para tokoh sengaja memanfaatkan organisasi-organisasi pendirian Jepang sebagai ‘batu loncatan’ untuk meraih Indonesia merdeka. Beberapa bentuk perjuangan pada jaman Jepang adalah :- Memanfaatkan Organisasi Bentukan Jepang. Tokoh-tokoh para pemimpin Putera seperti Sukarno, Mohammad Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan K.H. Mas Mansyur. Mereka memanfaatkan Putera sebagai sarana komunikasi dengan rakyat. Putera justru dijadikan para pemuda Indonesia sebagai ajang kampanye nasionalisme.
- Gerakan Bawah Tanah. Gerakan bawah tanah merupakan perjuangan melalui kegiatan-kegiatan tidak resmi, tanpa sepengetahuan Jepang. Mereka menggunakan tempat-tempat strategis, seperti asrama pemuda untuk melakukan pertemuan-pertemuan. Tokoh-tokoh seperti Sutan Sjahrir, Achmad Subarjo, Sukarni, A. Maramis, Wikana, Chairul Saleh, dan Amir Syarifuddin. Mereka terus memantau perang Pasifik melalui radio-radio gelap.
- Beberapa Perlawanan Bersenjata. .Beberapa perlawanan daerah di Indonesia diantaranya: Perlawanan Rakyat Aceh dilakukan oleh Tengku Abdul Jalil. Pada tanggal 10 November 1942 ia melakukan perlawanan. Dalam perlawanan tersebut ia tertangkap dan ditembak mati.
- Perlawanan Singaparna, dipelopori oleh K.H. Zainal Mustofa yang menentang saikerei yakni menghormati Kaisar Jepang. Pada tanggal 25 Februari 1944 meletus perlawanan terhadap tentara Jepang. Kiai Haji Zainal Mustofa dan beberapa pengikutnya ditangkap Jepang lalu diberi hukuman mati.
- Perlawananan Indramayu, pada bulan Juli 1944 rakyat Lohbener dan Sindang di Indramayu memberontak kepada Jepang. Para petani dipimpin H. Madrian menolak pungutan padi yang terlalu tinggi. Akan tetapi pada akhirnya perlawanan dapat dipadamkan.
- Perlawanan Peta di Blitar, perlawanan PETA dipimpin Supriyadi, pada tanggal 14 Februari 1945. Pemberontakan dapat dipadamkan Jepang karena kurang persiapan yang matang. Para pejuang Peta yang berhasil ditangkap kemudian diadili dalam mahkamah militer di Jakarta.
Sistem ekonomi perang Jepang membawa kemunduran dalam bidang perekonomian di Indonesia. Pemutusan hubungan dengan perdagangan dunia, mempersempit kegiatan perekonomian di Indonesia. Perkebunan tanaman ekspor diganti menjadi lahan pertanian untuk kebutuhan sehari-hari. Pembatasan ekspor menyebabkan sulitnya memperoleh bahan pakaian, sehingga rakyat mengusahakan sendiri. Pakaian terbuat dari benang gono menjadi tren masyarakat masa pendudukan Jepang.
Wajib setor padi dan tingginya pajak pada masa pendudukan Jepang menyebabkan terjadinya kemiskinan luar biasa.
Kondisi pendidikan masyarakat
Kegiatan pendidikan dan pengajaran menurun, misalnya sekolah dasar menurun dari 21.500 menjadi 13.500 buah. Sekolah lanjutan menurun dari 850 menjadi 20 buah. Kegiatan perguruan tinggi macet. Pengenalan budaya Jepang dilakukan di berbagai sekolah di Indonesia. Bahasa Indonesia dapat menjadi bahasa pengantar di berbagai sekolah di Indonesia. Demikian halnya dengan bahasa Jepang, juga menjadi bahasa utama di sekolah-sekolah.
Tradisi budaya Jepang dikenalkan di sekolah-sekolah mulai tingkat rendah. Para siswa harus digembleng bersemangat Jepang (Nippon Seishin). Para pelajar juga harus menyanyikan lagu Kimigayo (lagu kebangsaan Jepang) dan lagu-lagu lain, menghormati bendera Hinomaru, melakukan gerak badan (taiso) dan seikerei.
Pemaksaan budaya Jepang
Ajaran Shintoisme diajarkan pada masyarakat Indonesia. Kebiasaan menghormat matahari, menyanyikan lagu Kimigayo merupakan salah satu pengaruh pada masa pendudukan Jepang. Pengaruh budaya ini menimbulkan pertentangan di berbagai daerah.
Perkembangan bahasa Indonesia pada masa pendudukan Jepang mengalami kemajuan. Pada tanggal 20 Oktober 1943 atas desakan dari beberapa tokoh Indonesia didirikanlah Komisi (Penyempurnaan) Bahasa Indonesia. Tugas Komisi adalah menentukan istilah-istilah modern dan menyusun suatu tata bahasa normatif dan menentukan kata-kata yang umum bagi bahasa Indonesia.
Kemerdekaan Bangsa Indonesia
Propaganda Jepang berhasil memengaruhi masyarakat Indonesia. Dengan alasan untuk membebaskan bangsa Indonesia dan penjajahan Belanda, Jepang mulai mendapat simpati rakyat. Jepang memanfaatkan rakyat dan tokoh-tokoh Indonesia untuk dapat memberikan dukungan, terhadap kekuasaan Jepang di Indonesia. Akibatnya timbul berbagai sikap dan kelompok di lingkungan para tokoh pergerakan nasional. Kelompok pertama adalah kelompok yang masih mau bekerjasama dengan Jepang, tetapi tetap menggelorakan pergerakan nasional. Para tokoh ini adalah mereka yang muncul dalam berbagai organisasi bentukan Jepang. Sedangkan kelompok kedua adalah mereka yang tidak mau bekerjasama dengan pemerintah Jepang, sehingga melakukan gerakan bawah tanah.
Pada masa akhir pendudukan Jepang terjadi revolusi politik di Indonesia, yakni kemerdekaan Indonesia. Peristiwa proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 menjadi momen penting perjalanan sejarah Indonesia selanjutnya. Kemerdekaan telah membawa perubahan masyarakat dalam segala bidang.